Kayumas Kaja, 14 Februari 2009;
Minggu ke dua di bulan Februari, aroma bunga dan konotasi jingga, pink mulai mewarnai kehidupan, khususnya di kalangan ABG dan perempuan umumnya. Kemudian memasuki lembar ke 13 di bulan Februari, kemeriahan semakin terasa di mana-mana, setelah media cetak, elektronik semakin memvisualkan acara yang dilengkapi dengan pernik-pernik khas berbentuk jantung ~ untuk lebih menguatkan aura kasih sayang ~ ya.... hari ini, 14 Februari, dunia merayakan Hari Kasih Sayang, Valentine Day!
Kalau anda pergi ke pusat-pusat pertokoan, para pedangang memanfaatkan trend valentine ini dengan berlomba-lomba mengkemas barang dagangannya lebih menarik untuk meraup keuntungan lebih!
Masyarakat timur, khususnya Bali, boleh dikatakan baru-baru saja terimbas Valentine Day ini, padahal secara kelokalan (local genius), hal-hal yang mencerminkan dan mengkonotasikan kasih sayang cukup kental. Tapi memang produk import lebih eksklusive dibandingkan produk lokal.
Coba kita simak, local genius Bali memiliki Asah-Asih-Asuh; adalah sebuah warisan edukasi sosial-budaya di Bali, yang sebenarnya sangat sarat akan didikan kasih sayang. Kemudian, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, di bebanjaran dan atau desa (adat) pekraman kita memiliki philosofie Sagilik-saguluk salunglung sabhayantaka, paras paros sarpanaya.
Secara lengkap tidaklah berlebihan kita sebut: "Asah asih asuh, paras paros sarpanaya, sagilik saguluk salunglung sabhayantaka ~ tidak akan bertentangan ~ bahkan semakin menguat konotasi kasih sayangnya
Makna dan pengejawantahannya:
- saling asah, saling asih, saling asuh, yang berturut-turut berarti saling isi-mengisi (dalam pembelajaran atau belajar-mengajar), saling mengasihi (cinta kasih), dan saling menjaga sesama.
- sagilik saguluk salunglung sabhayantaka, berarti bulat seperti bola ~ menggelinding kemanapun dalam satu rasa, senasib seperjuangan ~ sepenanggungan dalam suka dan duka;
- paras paros sarpanaya, berarti saling menghargai dalam perbedaan untuk menjadi satu ~ tak terpisahkan;
The last but not least ~ bukan bermaksud memaksakan makna, tapi adalah justru ingin memberikan pendalaman makna ~ dalam nuansa religius Hindu kita dididik untuk mengejawantahkan Tatwamasi dalam kehidupan, artinya "Saya adalah Kamu, Kamu adalah Saya", mengajarkan tentang rasa empati yang mendalam antar sesama, yang tidak dibatasi hanya terhadap antar sesama umat Hindu saja, tetapi terhadap semua manusia tidak terkecuali, mahluk hidup, dan alam beserta isinya. Dengan segala keterbukaan, keikhlasan, dan apresiasi terhadap warisan leluhur; cobalah hayati pidodalan tumpek, seperti: Saraswati (Saniscara Umanis Watugunung), Tumpek Landep (Saniscara Kliwon Landep), Tumpek Ubuh (Saniscara Kliwon Wariga), Tumpek Lulut (Saniscara Kliwon Krulut), Tumpek Kandang (Saniscara Kliwon Uye), Tumpek Wayang (Saniscara Kliwon Wayang), Kuningan (Saniscara Kliwon Kuningan) ~ semuanya adalah pemaknaan dan pengejawantahan tentang kasih sayang ~ yang bahkan datang setiap 6 bulan pawukonnya.
Lalu kenapa Valentine Day yang adalah produk budaya import dari barat lebih meresap bahkan dirayakan dengan glamor dan evoriatif dibandingkan lokal jenius yang ada. Apa ada yang salah....?
TIDAK ADA YANG SALAH! BE POSITIVE!
Apa perlu ada Hari Tatwamasi.....?
Happy Valentine Day...! Shanti, shanti, shanti .....!
Gonggede
Minggu ke dua di bulan Februari, aroma bunga dan konotasi jingga, pink mulai mewarnai kehidupan, khususnya di kalangan ABG dan perempuan umumnya. Kemudian memasuki lembar ke 13 di bulan Februari, kemeriahan semakin terasa di mana-mana, setelah media cetak, elektronik semakin memvisualkan acara yang dilengkapi dengan pernik-pernik khas berbentuk jantung ~ untuk lebih menguatkan aura kasih sayang ~ ya.... hari ini, 14 Februari, dunia merayakan Hari Kasih Sayang, Valentine Day!
Kalau anda pergi ke pusat-pusat pertokoan, para pedangang memanfaatkan trend valentine ini dengan berlomba-lomba mengkemas barang dagangannya lebih menarik untuk meraup keuntungan lebih!
Masyarakat timur, khususnya Bali, boleh dikatakan baru-baru saja terimbas Valentine Day ini, padahal secara kelokalan (local genius), hal-hal yang mencerminkan dan mengkonotasikan kasih sayang cukup kental. Tapi memang produk import lebih eksklusive dibandingkan produk lokal.
Coba kita simak, local genius Bali memiliki Asah-Asih-Asuh; adalah sebuah warisan edukasi sosial-budaya di Bali, yang sebenarnya sangat sarat akan didikan kasih sayang. Kemudian, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, di bebanjaran dan atau desa (adat) pekraman kita memiliki philosofie Sagilik-saguluk salunglung sabhayantaka, paras paros sarpanaya.
Secara lengkap tidaklah berlebihan kita sebut: "Asah asih asuh, paras paros sarpanaya, sagilik saguluk salunglung sabhayantaka ~ tidak akan bertentangan ~ bahkan semakin menguat konotasi kasih sayangnya
Makna dan pengejawantahannya:
- saling asah, saling asih, saling asuh, yang berturut-turut berarti saling isi-mengisi (dalam pembelajaran atau belajar-mengajar), saling mengasihi (cinta kasih), dan saling menjaga sesama.
- sagilik saguluk salunglung sabhayantaka, berarti bulat seperti bola ~ menggelinding kemanapun dalam satu rasa, senasib seperjuangan ~ sepenanggungan dalam suka dan duka;
- paras paros sarpanaya, berarti saling menghargai dalam perbedaan untuk menjadi satu ~ tak terpisahkan;
The last but not least ~ bukan bermaksud memaksakan makna, tapi adalah justru ingin memberikan pendalaman makna ~ dalam nuansa religius Hindu kita dididik untuk mengejawantahkan Tatwamasi dalam kehidupan, artinya "Saya adalah Kamu, Kamu adalah Saya", mengajarkan tentang rasa empati yang mendalam antar sesama, yang tidak dibatasi hanya terhadap antar sesama umat Hindu saja, tetapi terhadap semua manusia tidak terkecuali, mahluk hidup, dan alam beserta isinya. Dengan segala keterbukaan, keikhlasan, dan apresiasi terhadap warisan leluhur; cobalah hayati pidodalan tumpek, seperti: Saraswati (Saniscara Umanis Watugunung), Tumpek Landep (Saniscara Kliwon Landep), Tumpek Ubuh (Saniscara Kliwon Wariga), Tumpek Lulut (Saniscara Kliwon Krulut), Tumpek Kandang (Saniscara Kliwon Uye), Tumpek Wayang (Saniscara Kliwon Wayang), Kuningan (Saniscara Kliwon Kuningan) ~ semuanya adalah pemaknaan dan pengejawantahan tentang kasih sayang ~ yang bahkan datang setiap 6 bulan pawukonnya.
Lalu kenapa Valentine Day yang adalah produk budaya import dari barat lebih meresap bahkan dirayakan dengan glamor dan evoriatif dibandingkan lokal jenius yang ada. Apa ada yang salah....?
TIDAK ADA YANG SALAH! BE POSITIVE!
Valentine juga mengajarkan kasih sayang yang universal.
Ini adalah sebu ah introspeksi untuk orang Bali...! Kenapa local jenius yang ternyata lebih kaya tidak teredukasi kepada generasi .........., bagaimana generasi mendatang?
Ini adalah sebu ah introspeksi untuk orang Bali...! Kenapa local jenius yang ternyata lebih kaya tidak teredukasi kepada generasi .........., bagaimana generasi mendatang?
Apa perlu ada Hari Tatwamasi.....?
Happy Valentine Day...! Shanti, shanti, shanti .....!
Gonggede
1 comment:
wow..nice article bro,
bole gw kopas n teruskan ga,
Post a Comment