Saturday, June 13, 2009

- > PKB dan Banjar

Setiap orang warga banjar Kayumas Kaja Denpasar pastilah merasa bangga karena PKB (Pesta Kesenian Bali) ke-31 yang hari ini, Sabtu 13 Mei 2009 sekitar pukul 15.00 wita akan dibuka oleh Gubernur Bali Mangku Pastika langsung dari "telajakan" (halaman depan) balai Banjar Kayumas Kaja Denpasar.




Ada sesuatu yang menarik di mata admins menyaksikan tahap demi tahap jalannya gladi resik Upacara Pelepasan Pawai PKB ke 31.


Diskenariokan sebagai adegan inti Gubernur Bali memercikkan "Tirta" dan menaburkan "Sekrura" ke sembilan penjuru mata angin, ... sebagai simbolis menaburkan benih-benih "kemakmuran" ~ yang salah satunya diyakini bersumber dari (pembangunan) seni-budaya ~ di jagat raya ini.
Hampir bersamaan dengan "tirta" dipercikkan dan "sekrura" ditaburkan, ... cakra "kehidupan" pun berputar yang disimboliskan dengan memutar alat pemukul kendang oleh puluhan pemukul kendang "adi merdangga" (balinese marching band ) ISI Denpasar, ... disusul kemudian dengan bergemuruhnya suara tetabuhan yang terinspirasi dari irama marching band, mengiringi puluhan penari ISI Denpasar berjalan dengan gagah namun artistik mengikuti irama tetabuhan. Kemudian sebagai anti klimaksnya adalah "menari"nya Siwa Nata Raja berdiri di atas bunga padma di hadapan panggung kehormatan sebagai simbolis anugrah dewata terhadap tingginya masyarakat Bali mengapresiasikan seni dan budayanya yang adi luhung ... indah sekali tarian itu ... disusul kemudian dengan pawai seni oleh sembilan kabupaten/kota peserta PKB ke-31 (konon dalam pawai nanti juga akan berpartisipasi seni dari daerah lain seperti yang sempat terdengar oleh telinga Admins adalah reog ponorogo, ... dll).

Tidak disebutkan tirta apa dan dari mana tapi ketika admins tanya kepada Sekretaris PKB sambil menonton gladi, konon tirta itu bukanlah sekedar air biasa yang disimboliskan, tetapi adalah "tirta taksu". Soal dari mana tirta itu dimohon tidaklah masalah karena pastilah dari beliau sang maha pencipta melalui stana manifestasi "taksu" beliau.
Yang Admins maksudkan sebagai "sesuatu" yang menarik adalah bagaimana sikap mental "penanganan", ... mulai dari sikap mental ketika memohon, menstanakan tirta dan sekrura, ... mengusung ke arena upacara, ... sampai kemudian Gubernur memercikkannya.
Jangan sampai adegan ini, yang seharusnya mengandung nilai-nilai taksu_religius menjadi profan tanpa makna!

Ternyata Panitia PKB ke-31 ~ setidaknya dalam penilaian Admins ~ kurang memberikan arti lebih terhadap "sesuatu" itu. Sebelum dan ketida adegan, ... tirta dan sekrura hanya dibawa begitu rupa oleh petugas ... achhhh... sayang sekali ...... padahal, di setiap Banjar ~ bukan hanya di banjar Kayumas Kaja saja ~ ada prahyangan Banjar tempat berstananya Maha Pencipta dalam manifestasi beliau sebagai trisakti kemakmuran.
Kenapa Tirta dan sekrura tidak distanakan di prahyangan banjar untuk kemudian dipendak semestinya dengan iringan "nung-tit" suara "kulkul" Banjar menuju arena upacara ....... !
Suasana religius akan sangat terasa ~ tidak menjadi profan ~ ... dan nilai serta kesungguhan penaburan benih-benih "kemakmuran" pun akan lebih bermakna atas anugrah beliau ......

Dengan memberanikan diri, ... tanpa bermaksud menggurui tapi lebih karena meyakini atas "kebesaran" dan "kemurahan" beliau, ... Admins pun menyarankan kepada panitia agar menstanakan tirta dan sekrura di prahyangan banjar.

Hyang Widhi maha besar ....... Ida Betara/ri yang berstana di prahyangan banjar pasti memberikan petunjuk yang sebenarnya jikalau kita melakoni "sesuatu" dengan "kejujuran".

Satu lagi, sesuai dengan konsep Prof. Mantra sang pencetus PKB dan Art Center yang dengan sangat cemerlang melihat habitat dan ujung tombak seni budaya Bali ada di pekraman dan Banjar adalah Pekraman terkecil di Bali.
Bahwa kembalinya pawai PKB dari Renon adalah kembalinya taksu PKB ke habitatnya yaitu langsung di lingkungan banjar-banjar. Dan pawai harus dimaknai sebagai prosesi "mengusung" taksunya seni budaya Bali, ... jadi secara tidak langsung bukan hanya krama banjar saja secara sekala yang terlibat dalam PKB, tapi secara niskala juga Ida Betara/ri yang berstana di Prahyangan Banjar. Tidak kurang ada 4 banjar yaitu Kayumas Kaja, Kelandis, Kedaton, dan Bengkel sebagai pendukung langsung pawai PKB yang nota bene adalah beberapa gudangnya seniman di Denpasar khususnya.

Saran Admins disetujui ........!!!! Semoga Ida menebarkan taksu_kemakmuran maha kuat kepada jagat raya ini ............. melalui Upacara Pelepasan Pawai PKB ke-31, Assstttuuu ...!!!!

Ke depan, sebaiknya Banjar dilibatkan lebih dalam dalam penyelenggaraan PKB,... pembukaan pawai PKB khususnya! Tanpa mengurangi arti peran yang sudah diberikan, menurut hemat Admins, peran dalam kepanitiaan ~ sesuai dengan fungsi dan kemampuan ~ perlu diberikan kepada banjar, ... bukan hanya sekedar dipinjami tempat, bersih-bersih, dan bikin penjor, ... gong (?),



... sehingga rasa memiliki krama banjar ~ mulai dari Sekaa Teruna, PKK, dan Krama Banjar ~ terhadap pesta seni terporsikan dengan lebih baik. Dengan porsi yang lebih baik bagi banjar dalam PKB, kami ingin mengatakan: "Agar krama banjar tidak hanya menjadi penonton di rumahnya sendiri ...!!!!"
"Yakinlah, ... Prof Mantra, walaupun sudah meraga "toya" pasti tersenyum di "atas" sana!"

Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru ....Astuuuu!!!!

Gonggede.