Friday, February 20, 2009

-> KENAPA harus dicemari ...?

Prahyangan, palemahan, dan pawongan
adalah ranah sosio-religius....!


Kayumas Kaja, 20 Februari 2009;
Di jaman Orde Baru, krama Bali sempat terusik oleh prilaku para Politikus yang tega-teganya menggiring krama adat untuk mengadakan "kebulatan tekad" di ranah-ranah pekraman yang sosio-religius, ............ demi kepentingan politiknya, demi kemenangan partai politiknya, demi kekuasaan,..................................... demi kursi DPR!

Sekarang ~ kata-kata "terusik" sudah tidak perlu lagi karena situasi sudah berbalik ~ justru krama pekramanlah yang mengundang para Politikus untuk datang ke ranah sosio-religius untuk digiring bahkan dituntut untuk mengumbar janji-janji (kontrak) politiknya dan "uang" yang dibungkus dengan dana punia.

Miris rasanya dada ini mengamati terjadinya pergeseran prilaku di pekraman. Krama Bali ~ baik di tingkat "paiketan" pemaksan sampai panti (baca: klan, Adm) maupun di tingkat banjar sampai desa adat ~ sepertinya sudah tidak peduli lagi untuk menjaga keutuhan pekramannya masing-masing. Sebaliknya, para "Politikus" yang notabene berasal dan meng"klaim" berjuang untuk pekraman, ...... sepertinya sudah tipis rasa memilikinya terhadap "ketenangan" ranah sosial itu.
Istilah "NGAYAH" ~ bekerja, bekerja, dan ..... bekerja tanpa pamerih ~ dan atau "DANA PUNIA" ~ menghaturkan sesuatu dengan tulus, ikhlas, dan ...... tanpa pamerih ~ sudah diperjual belikan dengan kemasan "KONTRAK POLITIK". Fasilitas pekramanpun, ..... seperti wantilan Banjar/Desa/Pura (pemaksan, panti, kahyangan desa) sudah tidak steril lagi.

Sepertinya ada prilaku menghalalkan segala cara sehingga lahir praktek aji mumpung, ...... penyengker pura perlu dipugar, ...... wantilan perlu di buat megah! Kapan lagi MENCARI kesempatan mengeruk keuntungan, mendapatkan "UANG" dari para CALEG yang ~ untuk meraih gelar Anggota DPR "yang terhormat" ~ sudah mendapat restu dari Mahkamah Konstitusi untuk "BERTARUNG BEBAS" dalam Pemilu, ........ memperebutkan "SUARA TUHAN" (baca: SUARA RAKYAT).
Asalkan "TUHAN" mau menyebutkan, berapa j-Rp pun, .......... berapa m-Rp pun akan dilayani oleh para "PETARUNG" asalkan kuperoleh "Contrengannu". What is the next chance will be?
................................................. NOW is MY TURN!!!!!

Pekraman sudah semakin longgar dan melemah ...... ! Prahyangan, Palemahan, dan Pawongan sudah semakin tercemar .....!

Dari segi kepentingan politik, gambaran di atas akan dicemooh sebagai prinsip yang terlalu (sok) idealis, ...... apalagi kalau diargumentatif dengan sebuah kenyataan bahwa politik adalah aktivitas yang legal, bahkan pilarnya demokrasi di negara ini.

Betul............!

Tapi Politik bukanlah segala-galanya.......!
Keutuhan Pekraman ~ yang mencerminkan prilaku "asah-asih-asuh, ..... paras-paros sarpanaya, dan ....... sagilik-saguluk sabhayantaka ~ adalah "harga mati".

Ini adalah sebuah permohonan (dengan sangat memelas) kepada krama Bali dan Politikus Bali:
"Pekraman druwene kantun a-"tengit" pesan!
Sane "tengit" punika ngiring upapira sumangdenya setata "tenget",
..... antuk ngemargiang parikrama sane inut tur nganutin tata-titi pekraman (Sosio-religius).
Dumogi Bali setata ajeg tur taksunnyane mesunar nyalang.
Astuuuu..!"

Gonggede

No comments: