Kayumas Kaja, 6 Maret 2009;
Wawasan Budaya sedang terancam Politikus jadi-jadian .......!
Kalau "tokoh" masyarakatnya, yang lagi rame-rame nyaleg berprilaku seperti ini, ....... menghiasi kotanya dengan kampanye murahan seperti ini, akankah kotanya berwawasan budaya;
....... JAUH PANGGANG DARI API BROW..!!!!!
Monyet aja malu ......!!!!!
Apa gunanya kesepakatan untuk mematuhi aturan, janji untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan keindahan kota?
"I Gusti Ngurah Rai, pahlawan kita ~ yang tadinya begitu optimis ~ memandang jauh ke depan untuk keajegan dan kemajuan Bali pasti "sepenan" (= kelilipan) oleh sebuah bendera yang dipasang menyeruak di pepohonan, beliau pasti sedih melihat bendera Merah Putih digambari logo Partai ..........., robek lagi!
Apa nggak bisa cara lain?
Jl. Pulau Moyo sampai Pemogan penuh dengan bendera partai ....
warna warni ....... Indah?
penuh dengan bendera "Brengbeng ,..... seset pe-sranting!"
...... NARSIS!
UHhhh..., Jorok sekali!
Persimpangan, ..... tak peduli jalur pariwisata dipenuhi oleh baliho segala ukuran..........Pertigaan Serangan ......
Sunset road ............
Dari bukit menuju persimpangan Jimbaran, .....
Persimpangan By Pass Ngurah Rai,
...... ke Kampus Bukit (depan McDonald), Nusa Dua , Jimbaran, Denpasar
Perempatan Taensiat .....
Di tengah jalan ......Coba lihat, kaki baliho berada di badan jalan .......they don't care!
Tampaknya Partai mereka masing-masing juga tak akan mampu membendung.
Panwaslu ....? (tanda tanya besar!).
Pemkot ? ........ sukeh-sukeh ben ....!!!!!!
Mahkamah Konstitusi (MK) membuat kejutan di pengujung jalan dengan mengeluarkan keputusan (yang membuat KPU Pusat gigit jari) bahwa: dengan alasan melindungi Suara Rakyat, penentuan Anggota Legislatif ditentukan dengan perolehan suara terbanyak, .... dipertegas dengan ......., mengeSAHkan dua centangan pada gambar partai dan gambar Caleg ....... dan suara dihitung ke Caleg. Oleh KPU tadinya hal ini tidak sah!
Sebenarnya ini langkah maju, "Suara rakyat adalah Suara Tuhan". Rakyat memilih tokohnya! Logikanya, .... Caleg yang tidak memiliki ketokohan (tidak mengakar...) akan krisis suara ......
Tokoh memang penting, tapi tokoh macam apa?
Monyet aja tahu .....!
Awas....., waspada munculnya "Hukum Rimba" dan "money politik". Premanisme, orang-orang
berkuasa, orang-orang yang mukanya tebal, pongah, ..... akan jadi Raja pendulang suara .....
Sudah siapkah anda memilih jika tingkah polah para caleg seperti ini? Apa yang bisa diharapkan nantinya bila mereka terpilih .................
Monyet aja ogah ......!!!!!
Bangsa ini tampaknya sedang "sakit!" Partai Politik yang konon menjadi pilarnya Demokrasi tampak semakin rapuh. Coba lihat, tingkah polah para elite politik tidak kunjung dewasa. Seharusnya mereka membina cara-cara berdiplomasi yang sehat dan sportif, tapi malah memperdalam ilmu satire, berbalas pantun, dan malah tanpa malu mempertontonkan saling mencaci. Pemilu lima tahunan yang seharusnya menjadi "vitamin" bagi pertumbuhan bangsa dan negara ini semakin tak menjanjikan.
Pemilu tinggal beberapa hari lagi. Sudah terlambat untuk memperbaiki, lagian, ....... sebagai rakyat kecil (baca: bukan Wakil Rakyat yang terhormat) kita susah mencari tahu apanya yang harus diperbaiki.
Meniru si monyet ~ ogah memilih ~ bukanlah langkah yang bijaksana. GOLPUT tidak bakalan menyelesaikan masalah dan langkah seorang "pengecut". Anggap saja untuk menuju proses penyembuhan, obat memang pahit ...........
Oleh karena itu, siap atau tidak ..........., mau atau tidak........., datanglah ke TPS tanggal 9 April 2009. Gunakan Hak Pilih dengan secermatnya. Tokoh yang memang nyata-nyata "tak benar", tidak usah dipilih. Partai yang hanya pandai buat iklan "kecap", tidak usah dipilih! Biar cantik, biar ganteng ........, bukan jaminan!
Mari kita tunjukkan bahwa rakyat lebih dewasa dari pada para "politikus" itu.
gonggede.