Teringat akan salah satu film cartoon jaman dulu, ...
"satria baja hitam!"
"B.e.r.u.b.a.h. ......!!!!"
Terngiang kembali kata yang khas itu, manakala sang ksatria akan "ngelekas" (= berubah wujud, adm), .... tepuk tanganpun pasti menggema, ..... penonton pasti senang.
Sang pahlawan ~ ksatria baja hitam ~ akan muncul,
.... menumpas kejahatan!!!!!
Pelajaran yang dapat dipetik dari cartoon ini pastilah bahwa cepat atau lambat, dengan segala perjuangan yang tak pernah menyerah, .......
kebaikan pasti akan menang menumpas kejahatan!
"satria baja hitam!"
"B.e.r.u.b.a.h. ......!!!!"
Terngiang kembali kata yang khas itu, manakala sang ksatria akan "ngelekas" (= berubah wujud, adm), .... tepuk tanganpun pasti menggema, ..... penonton pasti senang.
Sang pahlawan ~ ksatria baja hitam ~ akan muncul,
.... menumpas kejahatan!!!!!
Pelajaran yang dapat dipetik dari cartoon ini pastilah bahwa cepat atau lambat, dengan segala perjuangan yang tak pernah menyerah, .......
kebaikan pasti akan menang menumpas kejahatan!
Itu cartoon ....! Mimpi kali ye....?
Dari beberapa bulan yang lalu, memuncak sejak setelah nyontreng Pemilu ~ sementara perhitungan suara belum lagi terselesaikan oleh jajaran KPU dari tingkat kecamatan sampai pusat akibat ketidak beresan kerja ~ kita disuguhkan tontonan bak prilaku satria baja hitam. Elite-elite politik tanpa rasa malu dan tanpa pernah merasa bersalah dengan enteng bermanuver kesana kemari, bak pesawat tempur dan hampir selalu berubah!
Lima besar parpol peraih suara terbanyak (walaupun sangat jauh dari arti sebuah kemenangan, karena terbanyak cuman 20%) khususnya, .... sibuk bermanuver kesana kemari menjajagi koalisi, bak satria baja hitam selalu b.e.r.u.b.a.h !!!!!!
Kalau dalam cartoon di atas, sudah dipastikan sang ksatria selalu merendah dan siap membela yang lemah (baca: kebaikan) dari kejahatan. Beda, ... dalam alam politik, "sang ksatria" tak pernah merubah wujudnya, tapi selalu saja berkelit dari perkataan dan sikapnya, bahkan ~ ya itu tadi, .... tanpa rasa malu dan tak pernah bersalah ~ bolak-balik tak berprinsip.
Sekarang menyatakan A ketika menjajagi koalisi dengan partai Y lengkap dengan kesepakatan politiknya, .....sambil menjelekkan partai X. Tapi jangan heran ~ bisa dalam hitungan jam ~ sudah berubah menyatakan B dan berbalik berkoalisi dengan partai X dengan menjelekkan partai Y.
Sepertinya susah membedakan mana kawan sejati ~ yang sejati hanyalah kepentingan ~ mana lawan politik yang sebenarnya. Yang nyata-nyata satu partai saja jadi saingan, bila perlu disikut, didepak, ....... bila perlu digebog (ditikam dari belakang, adm), ketika memperbutkan "suara tuhan". Bahkan, .... yang dalam hitungan detik, kawanpun bisa jadi lawan ......! (Baca: tarung bebas!). Soal membela rakyat...? Itu urusan nanti. Yang penting amankan dulu posisi.
Ok, ..... tapi bagaimana perasaan rakyat? Inget nggak? Dulu ketika pemilu legislatif suara rakyat adalah suara tuhan yang harus dihormati dan diselamatkan. Nah, ...... ketika rakyat telah memberikan suaranya kepada caleg dan partai, eh ...eh ... setelah pemilu partai malah sibuk kesana kemari, ya itu tadi bermanuver mencari koalisi. Koalisi apa kolusi sih...?
Itu dulu, sorry lah yaooooo ........!
Barangkali pas sekali apa yang dipertontonkan oleh Putu Wijaya ketika membawakan puisinya di hadapan beberapa Parpol peserta pemilu ~ barusan aja ~ dalam talk show di TVRI: "Saya merasa dikhianati, ..... ketika dengan sangat terpaksa telah menjatuhkan pilihan kepada salah satu partai, eh... eh... ternyata, setelah pemilu mereka sibuk berkoalisi dengan partai yang sangat tidak saya senangi ........!"
Itulah politik...! Tidak ada yang impossible...!
Tunggu saja sampai pengumumam capres/cawapres ~ dengan alasan "DEMI RAKYAT" ~ bisa saja musuh bebuyutan akan saling berangkulan bahkan "berciuman mesra" .............
Ach! ... sing maan ngerungwang! Titiang mepamiiiiiiiittttt....!
Supaya tidak setressss! Lebih baik ambil sepeda, ........... genjooootttt..!
Gonggede
Dari beberapa bulan yang lalu, memuncak sejak setelah nyontreng Pemilu ~ sementara perhitungan suara belum lagi terselesaikan oleh jajaran KPU dari tingkat kecamatan sampai pusat akibat ketidak beresan kerja ~ kita disuguhkan tontonan bak prilaku satria baja hitam. Elite-elite politik tanpa rasa malu dan tanpa pernah merasa bersalah dengan enteng bermanuver kesana kemari, bak pesawat tempur dan hampir selalu berubah!
Lima besar parpol peraih suara terbanyak (walaupun sangat jauh dari arti sebuah kemenangan, karena terbanyak cuman 20%) khususnya, .... sibuk bermanuver kesana kemari menjajagi koalisi, bak satria baja hitam selalu b.e.r.u.b.a.h !!!!!!
Kalau dalam cartoon di atas, sudah dipastikan sang ksatria selalu merendah dan siap membela yang lemah (baca: kebaikan) dari kejahatan. Beda, ... dalam alam politik, "sang ksatria" tak pernah merubah wujudnya, tapi selalu saja berkelit dari perkataan dan sikapnya, bahkan ~ ya itu tadi, .... tanpa rasa malu dan tak pernah bersalah ~ bolak-balik tak berprinsip.
Sekarang menyatakan A ketika menjajagi koalisi dengan partai Y lengkap dengan kesepakatan politiknya, .....sambil menjelekkan partai X. Tapi jangan heran ~ bisa dalam hitungan jam ~ sudah berubah menyatakan B dan berbalik berkoalisi dengan partai X dengan menjelekkan partai Y.
Sepertinya susah membedakan mana kawan sejati ~ yang sejati hanyalah kepentingan ~ mana lawan politik yang sebenarnya. Yang nyata-nyata satu partai saja jadi saingan, bila perlu disikut, didepak, ....... bila perlu digebog (ditikam dari belakang, adm), ketika memperbutkan "suara tuhan". Bahkan, .... yang dalam hitungan detik, kawanpun bisa jadi lawan ......! (Baca: tarung bebas!). Soal membela rakyat...? Itu urusan nanti. Yang penting amankan dulu posisi.
Ok, ..... tapi bagaimana perasaan rakyat? Inget nggak? Dulu ketika pemilu legislatif suara rakyat adalah suara tuhan yang harus dihormati dan diselamatkan. Nah, ...... ketika rakyat telah memberikan suaranya kepada caleg dan partai, eh ...eh ... setelah pemilu partai malah sibuk kesana kemari, ya itu tadi bermanuver mencari koalisi. Koalisi apa kolusi sih...?
Itu dulu, sorry lah yaooooo ........!
Barangkali pas sekali apa yang dipertontonkan oleh Putu Wijaya ketika membawakan puisinya di hadapan beberapa Parpol peserta pemilu ~ barusan aja ~ dalam talk show di TVRI: "Saya merasa dikhianati, ..... ketika dengan sangat terpaksa telah menjatuhkan pilihan kepada salah satu partai, eh... eh... ternyata, setelah pemilu mereka sibuk berkoalisi dengan partai yang sangat tidak saya senangi ........!"
Itulah politik...! Tidak ada yang impossible...!
Tunggu saja sampai pengumumam capres/cawapres ~ dengan alasan "DEMI RAKYAT" ~ bisa saja musuh bebuyutan akan saling berangkulan bahkan "berciuman mesra" .............
Ach! ... sing maan ngerungwang! Titiang mepamiiiiiiiittttt....!
Supaya tidak setressss! Lebih baik ambil sepeda, ........... genjooootttt..!
Gonggede
No comments:
Post a Comment