Tanggal 17 Januari 2009, Saniscara_kliwon_landep; setelah 210 hari yang lalu Umat Hindu (di Bali) kembali akan merayakan salah satu hari suci nya, …… Tumpek Landep.
Yang kita tahu tentang Tumpek Landep, ....... adalah upacara penghormatan bagi senjata (keris, tombak .....), kemudian berkembang bagi peralatan pertanian, pertukangan sampai mesin (bahkan sampai radio), .... kemudian berkembang lagi bagi sepeda, sepeda motor, mobil, ... pokoknya segala peralatan yang mengandung besi, tembaga, lancip ...... dibantenin! Lalu Tumpek Landep dikatakan sebagai oton besi, oton senjata, atau oton mobil?
Jangan heran kalau pada Hari Tumpek Landep peralatan dari besi akan (dicuci) bersih karena akan diupacarai, ...... dan yang akan paling menonjol tampak di jalan raya adalah sepeda, sepeda motor sampai mobil seakan-akan dihiasi "sampian gantung" ~ sejenis bentukan sarana upacara dari rangkaian janur ~ memperlihatkan tanda sedang dibuatkan upacara.
Semakin banyak punya sepeda, sepeda motor, mobil, dan atau alat-alat dari besi maka tampaknya akan semakin banyak pula menyiapkan banten tumpek landep dan sekaligus akan semakin sibuk. Kadang-kadang ada yang sampai mempersembahkan babi guling untuk melengkapi banten mobilnya.
Kalau mau lebih masuk ke dalam rumah, kita akan melihat alat-alat dari besi milik tukang (ukir, bangunan, dll …), mesin-mesin, dan lebih spesial lagi adalah masyarakat dari golongan Pande (Pandai Besi = pembuat senjata tajam) akan total berhenti bekerja untuk mengupacarai peralatan yang dipakainya bekerja sehari-hari.
Pada saat yang sama pula, di beberapa keluarga besar akan kita jumpai Piodalan di pemujaan Kawitan ~ yang secara kasat mata nampak berupa upacara terhadap Keris atau Tombak dengan berbagai macam bentuknya.Suasana ini seakan-akan mengatakan bahwa semua peralatan (senjata tajam) dari besi, mesin, dan atau setidaknya yang mengandung bahan dari besi harus diistirahatkan pada hari itu. Masyarakat awam tahunya bahwa pada saat Tumpek Landep adalah penghormatan untuk peralatan yang mengandung besi dan ada unsur tajamnya. Persis seperti pada Hari Saraswati di mana buku, lontar, dan sejenisnya yang dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan dibuatkan upacara. Bahkan ada semacam komitmen: "… tidak boleh baca buku pada saat Hari Raya Saraswati!" Ya itu tadi, karena buku sedang dibuatkan upacara! Bagaimana dengan komputer?
"Be Positive!"Apa yang digambarkan di atas adalah wujud rasa hormat dan pemujaan masyarakat Hindu di Bali terhadap anugrah dan manifestasi Hyang Widhi dalam bentuk ketajaman pikiran manusia dalam mengolah rasa, cipta dan karsa yang kemudian melahirkan teknologi. Teknologi harus mendatangkan manfaat bagi kehidupan bukan malapetaka. Jadi bukan karena Umat Hindu di Bali menyembah mobil .................
Kembali kepada pengertian Landep.
Landep artinya lancip dan atau tajam. Ya!, .......lancip saja belum cukup! karena untuk bisa menembus dengan baik,..... dibutuhkan juga ketajaman! Untuk tidak membingungkan kita sebut saja t.a.j.a.m! Apanya yang tajam? Tidak lain adalah senjata kehidupan manusia ~ yang membedakannya dengan mahluk hidup lainnya ~
p.i.k.i.r.a.n!
Yang paling sederhana saja, bahwa pikiran digerakkan oleh keinginan. Kalaulah kita boleh berandai-andai, ....... tanpa keinginan rasanya pikiran kita akan diam! Tapi siapakah yang bisa diam tanpa keinginan ~ yang paling sederhana sekalipun ~ walau barang seper sekian ribu detik sekalipun, ...... kecuali TAMAT!
Keinginan digerakkan oleh rasa, cipta, dan karsa, yang akan melahirkan pengetahuan dan implementasinya berupa teknologi. Semakin tajam pikiran maka akan semakin tajam pula rasa, cipta, dan karsa manusia. Dan sudah pasti, semakin tajam rasa, cipta, dan karsa manusia maka akan semakin tinggi pula pengetahuan manusia, pada akhirnya semakin tinggi pula tingkat implementasinya ke dalam teknologi, ........
Yang harus dibuat tajam adalah Pikiran (sebagai kelebihan manusia dibandingkan mahluk hidup lainnya), karena semuanya berawal dari pikiran, .... semuanya menjadi baik atau rusak berawal karena pikiran.
Pikiran adalah kelebihan manusia ~ karena pikiran tidak pernah diam, terus berpikir dan terus berpikir sehingga manusia selalu bisa melahirkan akal, cipta, dan karsa. Pikiran juga sekaligus adalah kelemahan manusia ~ karena tidak pernah diam, selalu bergerak ke sana ke mari, pada saat tidur sekalipun menyebabkan pikiran sangat liar susah dikendalikan bak kuda binal.
Landep (=tajam) disimboliskan dengan keris dan keris adalah simbolis ka"wit"an. Wit adalah awal mula atau asal. Setiap soroh di Bali memiliki awal mula atau asal, atau wit yang disebut leluhur. Leluhur di simboliskan salah satunya bersemayam di keris atau tombak ~ yang menjadi senjata kehidupan pada jaman (sejarah) nya ~ Barangkali itu sebabnya piodalan di merajan kawitan jatuh pada Tumpek Landep.
Jadi Upacara Tumpek Landep seharusnya ditujukan sebagai hari pemujaan Hyang Widhi dalam prabawa beliau sebagai Hyang Kemimitan dan sekaligus sebagai tonggak evaluasi untuk tetap dapat "memelihara" dan "mengendalikan" pikiran tetap "tajam" dan tidak merusak.
Berpikir positip adalah awal pesona (kecantikan) diri ~ ungkapan ini pas sekali sebagai guru! Barangkali tidak juga berlebihan kalau ungkapan ini selalu (bisa) diucapkan berulang-ulang ~ seperti mengucapkan Nama Smaranam ketika berjapa!
"Be Positive ......, Be Positive.......,Be Positive!" ... dst.nya.... dst.nya! Sudahkah anda berpikir positive?
The three wise mongkies said thatwe don't need to say anything
if we do not hear or do not see nothing!Selamat memaknai Tumpek Landep
untuk menggapai penajaman pikiran ~ Om Anobadrah Kratavo Yantu Visvatah ~
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Astungkara!!!!
Gonggede